Rabu, 21 Oktober 2020

Perjuangan Selama Masa Pandemi Corona

 Aku sudah tak tahu harus mencurahkan segala kegundahan ini kepada siapa. Kepada Tuhan, aku sudah mengadukannya beribu-ribu kali dalam doaku di pagi dan malam hari. Aku tipikal orang yg tidak mau menyusahkan keluarga dan saudara kala kesusahan menghampiriku. Karena aku tahu mereka pun mungkin mengalami kesusahan yg sama sepertiku, atau bahkan lebih parah. Jadi kuputuskan untuk memendamnya sendiri dan terus berjuang bersama suamiku. 

Aku menuliskan ini agar dapat menjadi rhema dalam hatiku, supaya nanti ketika badai telah berlalu, pelangi kehidupan mulai memancar, aku teringat akan perjuangan kami. Ke depannya akan menjadi penguat kami dalam menghadapi ujian hidup berikutnya dalam hidup dan pernikahan kami. 

Oktober 2019, kontrak kerja suamiku dengan Hotel N*****l Bogor telah berakhir dan tidak diperpanjang karena management melakukan pengurangan karyawan sehubungan dengan renovasi besar2an di hotel tsb. Aku berusaha tegar dan memanfaatkan sisa tabungan kami untuk mengelola usaha sampingan kami, yaitu kedai makanan yg dijual melalui aplikasi Gofood dan Grabfood. Kami masih bisa bertahan karena penjualan masih cukup bagus. Tiap bulannya kami masih bisa mendapat penjualan sebesar 4jt (max). Untung saja kami sudah menjalankan usaha ini dari awal tahun 2019 sehingga kami masih punya penghasilan sampai nanti suamiku mendapatkan pekerjaan kembali. 

Waktu berlalu dengan susah payahnya sampai akhirnya di awal Maret 2020 suamiku mendapatkan panggilan interview di salah satu hotel bintang 4 daerah PIK Jakut yang akan launching. Rasanya senang bukan main. Akhirnya surat lamaran yg kukirimkan ada yg berhasil tembus. Saat itu sudah mulai ramai berita mengenai kasus corona di Indonesia dan luar negeri. Aku masih tidak terlalu kuatir akan hal itu karena begitu yakinnya dengan statement dari Pemerintah RI khususnya Kemkes bahwa corona tidak akan masuk ke RI. 

Setelah proses interview dengan HRD hotel tsb, suamiku lanjut ke testfood. Testfood pun lolos dan akhirnya suamiku diminta untuk melakukan Medical Check Up sebagai salah satu persyaratan penerimaan karyawan. Begitu selesai, suamiku interview lagi untuk lanjut proses nego gaji. Begitu deal, akan ditelepon kembali untuk proses tandatangan kontrak. Senang? Bangggeeettt.. Akhirnya suamiku akan kerja lagi. Tapi ternyata Tuhan masih menunda kebahagiaan kami. Mungkin Tuhan masih ingin menguji iman kami lagi. Saat itu berbarengan dengan pengumuman PSBB total di DKI Jakarta. Hal itu pula yg menjadi kendala. Suamiku ditelepon dan HRD nya memberitahukan bahwa penandatanganan kontrak kerja ditunda sampai batas waktu yg belum bisa ditentukan dikarenakan adanya pandemi corona. Mereka menegaskan bahwa ini bukan cancel, melainkan pending. Kami berharapan semoga ini memang benar adanya. Kami pun paham bahwa hampir seluruh industri pariwisata sedang berjuang mati-matian. Sudah banyak karyawan yg dirumahkan. Jadi kami pun hanya bisa mencoba untuk tabah dan sabar. 

Tak terasa tabungan kami mulai habis. Penjualan pun menurun drastis. Yg tadinya kami bisa dapat 4jutaan sebulan, kini terjun payung. Bisa dapat 1 juta dalam sebulan pun sudah sangatttttt bersyukur. Orderan benar2 sepi. Yg tadinya setiap hari ada orderan, sejak pandemi orderan hanya kami terima 3 hari sekali. Bahkan pernah dalam 5 hari kami sama sekali tidak ada penjualan. Airmata ini rasanya sudah kering dalam setiap doaku. Tiada henti-hentinya aku memohon kebaikan Tuhan. Apalagi kami mempunyai 1 anak yg masih berusia 2,5 tahun. Untungnya anak kami anak yg luar biasa pengertian pada kesusahan orangtuanya. Secara mengejutkan anak kami sudah tidak mau pake pampers lagi. Setidaknya mengurangi biaya pengeluaran pampers. Anak kami pun lahap saja makan dengan menu seadanya, yaitu olahan tahu dan tempe. Kalau lg ada rejeki lebih, kami tambahkan menu telor atau ayam. Doaku tiap hari hanya 1 kepada Tuhan, yaitu sediakanlah makanan yg cukup bagi anakku 😭

Saat menonton berita di TV, hati ini sedih melihat ada banyak bansos dari Pemerintah. Sedih karena nyatanya bantuan itu hanya untuk rakyat yg benar2 miskin. Yg sudah masuk daftar penerima manfaat dari Kemensos. Rakyat seperti kami ini ya hanya bisa nonton saja. Sampai detik ini, kami baru menerima bantuan sembako sebanyak 2 kali mulai dari awal pandemi (bulan Maret). Itupun setelah aku minta tolong kepada Ibu RT kami, barulah kami dapat bansos itu. 

Sedih? Rasanya aku sudah tidak bisa lagi bedain sedih dan bahagia. Kenapa? Karena walaupun sedih, saya juga bahagia karena masih diberi nafas kehidupan oleh Tuhan, keluarga kecilku masih diberi kesehatan dan dijauhkan dari virus corona. Kami masih bisa makan dengan seadanya yg penting perut tidak kelaparan. Pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya. Sampai kami pernah tidak pegang uang sepeserpun. Pagi saat aku bangun tidur dan semua masih terlelap, aku menangis dan berdoa memohon pada Tuhan agar kami diberikan rejeki hari itu supaya anak kami bisa makan. Dan Puji Tuhan doaku didengar. Setelah berdoa, tetangga ada yg datang dan memberikan aku nasi kotak. Airmataku langsung tumpah. Begitu ajaib kuasa Tuhan. Tak berhenti sampai disitu pertolongan Tuhan. Siangnya aku mendapat telepon dari salah satu pelanggan kami. Ibu itu biasa pesan lewat gofood. Hari itu setelah dia melihat bahwa kedai kami tak jauh dari rumahnya, beliau bertanya apakah bisa makanannya didelivery saja oleh kami. Kamipun menyanggupinya. Puji Tuhan pesanannya lumayan sekali yaitu sebesar Rp 80.000,-. Dan ternyata itu Tuhan sudah persiapkan untuk kami beli modal bahan sayuran untuk berjualan. Sebab hari itu kami mendapat orderan banyak di aplikasi, tak tanggung2, penjualan kami hari itu sebesar 200 ribuan. Sungguh ajaib Engkau Tuhan 😭😭😭

Lanjut ke perjuangan kami. Di akhir Agustus aku mengetahui kalau Bpk. Jokowi akan memberikan BLT untuk UMKM. Akupun mencari tahu cara untuk daftar, siapa tahu rejeki kami. Lumayan kan bisa dapat suntikan dana 2,4jt. Tdnya kami berencana beli gerobak untuk berjualan pisang goreng. Tgl 14 September, aku dan suamiku naik motor ke Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor. Saat itu kami diarahkan oleh satpam disana untuk mengumpulkan datanya terlebih dahulu. Dikarenakan kami belum memiliki NIB dan IUMK, satpamnya bilang bahwa mereka akan bantu membuatkannya. Saat itu aku bersyukur sekali. Setelah semua data aku kasih, kami pun pulang. Hari demi hari berlalu, kami tak kunjung mendapatkan SMS atau kabar apapun dari BRI. Sampai akhirnya ada pengumuman pendaftaran Gelombang II. Karena penasaran, akupun coba mengecek sendiri apakah usaha kami sudah memiliki NIB dan IUMK. Akupun mencari tahu cara daftar NIB. Ketemulah situs OSS. Saat aku daftar akun, betapa kagetnya aku bahwa ternyata aku masih bisa daftar dengan NIK KTP aku, itu artinya pihak Dinkop belum mendaftarkan usaha kami. Sedih luar biasa, hancur karena begitu berharapnya kami pada mereka. Tak ada konfirmasi apapun. Kami menunggu untuk sesuatu yg ternyata tidak akan kami dapatkan. Boro2 dapat SMS dari BRI, data kamipun tidak dimasukkan. Entah apa maksudnya. Kalaupun ada data kami yg kurang, kenapa tidak menghubungi kami. Mereka tahu nomor teleponku yg bisa dihubungi. Tapi kenapa tidak menghubungi kami? Mereka tidak tahu bahwa betapa kami sangat berharap, berharap sekali dengan adanya bantuan itu setidaknya kami dapat bernafas lega karena akan dapat bantuan modal untuk buka usaha yg lain. Akhirnya dalam kesedihanku, aku berusaha tegar dan bangkit. Aku daftar sendiri NIB dan IUMK nya. Setelah dapat, akupun mendaftar kembali di hari Senin tgl 19 Oktober 2020 dengan harapan bisa dapat BLt itu. Sampai hari ini,detik ini saat aku menulis blog ini, aku masih menunggu konfirmasi dan SMS dari BRI. Semoga Tuhan membantu jalan kami. Tapi kali ini aku hanya bisa pasrah dan ikhlas. Apapun hasilnya, aku percaya itu sudah menjadi ketetapan dari Tuhan. 

Kalau ada yg bilang dan bertanya, kenapa suaminya tidak coba jadi driver ojek online saja? Itu juga sudah kami pikirkan. Namun sayangnya STNK motor suami saya sudah mati dan belum diperbaharui karena keterbatasan biaya. Kami pun akhirnya mengambil jalan terakhir, yaitu mengajukan KUR Mikro di BRI. Sebetulnya kami berdua sudah berkomitmen tidak akan memiliki pinjaman apapun ke bank untuk memulai usaha. Tapi karena ini sudah kepepet, kami sudah tidak tahu harus menempuh jalan apa lagi, akhirnya kami ambil opsi terakhir ini. Tgl 5 Oktober aku mengajukan KUR ke BRI sebelum ada pengumuman pendaftaran BLT UMKM tahap II di tgl 12 Oktober. Opsi terakhir itupun ternyata masih belum membuahkan hasil. Sampai detik ini, kami belum menerima konfirmasi apapun dari pihak BRI terkait pengajuan kami. Tidak ada info apapun untuk kapan kami akan disurvei. Entah apa yg menjadi kendalanya. Sampai aku pernah bertanya pada Tuhan dalam doaku, mengapa Engkau selalu menutup pintu rejeki kami? Apa salah dan dosa kami sampai jalan kami sesulit ini? Keinginanku tidak muluk2, aku hanya minta diberikan rejeki supaya anakku bisa makan. Mengapa semua pintu tertutup? Suamiku tak kunjung mendapat pekerjaan, dagangan kami sepi terus, bantuan pemerintah tidak bisa kami dapatkan, pengajuan pinjaman pun tidak berhasil. Entah apa rencana-Mu Tuhan dalam hidupku saat ini. Aku begitu rapuh, airmataku tak bisa berhenti keluar kala melihat wajah polos anakku ketika meminta jajan. Sedih rasanya karena aku harus menjelaskan padanya bahwa saat ini belum bisa kasih jajan supaya besok kita bisa makan. Untungnya anakku walaupun masih kecil tapi sudah mengerti. 

Saat ini yg bisa kulakukan hanya berdoa, memohon kebaikan Tuhan untuk memudahkan kami dalam mencari rejeki. Sambil melakukan apa yg bisa kami lakukan. Aku percaya Tuhan akan menjamin masa depan anakku. Aku percaya Tuhan akan pelihara kami, bahwa kami takkan kekurangan apapun. Pelajaran hidup yg kupetik dari wabah ini adalah bahwa Tuhan sedang menguji keimanan kami, sampai sebatas mana aku dapat mengandalkan dan menyerahkan hidupku pada Tuhan. Aku percaya pada janji Tuhan, bahwa akan selalu ada pelangi setelah hujan. Saat ini aku masih harus bertahan di bawah "payung kasih karunia" Tuhan sambil menantikan hujan reda dan pelangi akan muncul. Ya aku harus mengamininya. Ujian ini tidak akan mengurangi sedikitpun rasa cintaku pada Tuhan. 

Untuk kalian yg sedang mengalami kesulitan sepertiku atau mungkin lebih parah, aku hanya bisa mengatakan bahwa bersabarlah. Berdoalah agar pandemi segera berlalu. Janganlah kita berputus asa, teruslah berpengharapan yg baik. Yakinlah bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini. Jangan sampai musibah wabah ini mengurangi keimanan kita, melainkan harus lebih dikuatkan lagi. Salam dari aku dan keluarga kecilku. Semoga tulisanku ini dapat menjadi pembelajaran dan penguatan bagi kalian yg membaca. Dan tentunya untukku sendiri. Siapa tahu saat kami sudah sukses nanti, kami akan selalu ingat dengan kesusahan kami, yg membawa kami dalam titik terendah hidup, supaya ke depannya kami akan selalu kuat mental, lebih ringan tangan lagi untuk membantu keluarga dan orang yg membutuhkan bantuan kami. Karena cobaan ini membuat kami tahu betapa sakitnya saat tidak ada bantuan di kala susah. Aku beruntung karena masih memiliki saudara yg luar biasa baik, yg terkadang memberi uang untuk anakku. Ya walaupun mereka kecewa karena mereka baru tahu belakangan bahwa kami kekurangan uang. Memang begitulah aku, aku tidak mau orang lain tahu kesusahanku terutama keluarga karena aku tidak mau mereka kepikiran. Semoga Tuhan selalu memberkati keluargaku. Amin